oleh : novan suhendra
Setiap manusia yang lahir kedunia ini pastilah akan merasakan beban. Ringan atau berat, hanya dirimulah yang bisa merasakannya. Jika keimanan kita mantap maka beban itu hanyalah bentuk kasih sayang dari Allah Ta’ala yang sangat mencintai hambaNya. Ia tidak ingin hambanya masuk kedalam golongan orang-orang yang tidak mensyukuri nikmatNya. Karena apapun yang Allah berikan kepada kita maka itu adalah nikmat yang sangat luar biasa. Dan sekali lagi tergantung bagaimana cara kita memandang dan menyikapinya.
Terkadang kita suka salah dalam meyikapi sesuatu yang terjadi pada kita. Kita selalu merasa bahwa kita benar sehingga kita bisa membuat hakimi kepada Allah sang Pencipta tentang nikmat-nikmat yang Ia berikan. Padahal apa yang menurut kita baik maka belum tentu baik menurut Allah Ta’ala, begitu pula sebaliknya apa-apa yang menurut kita buruk maka belum tentu buruk dimata Allah ta’ala. Cobalah memandang dengan sabar dan ikhlas serta memandang dari berbagai sudut agar kita bisa mengambil hikmah dengan benar.
Beban itu sejatinya adalah nikmat yang harus kita nikmati dengan sabar, syukur dan ikhlas. Semua hal adalah nikmat dan juga ujian. Saya sendiri lebih suka menyebutnya ujian karena dengan adanya ujian ini maka kita sedang memasuki proses naik derajat atau naik tingkat.
Cobalah tengok adik-adik kita di bangku SD, lihat ujian kenaikan tingkat/kelas mereka, berbeda antara kelas satu dengan kelas 2, kelas 2 dengan kelas 3, begitu seterusnya. Lihat pula mereka-mereka yang ingin naik jenjang sekolah, dari SD ke SMP, dari SMP ke SMA, dan seterusnya. Lihat soal-soal ujian mereka, berbeda, karena mereka akan menghadapi sebuah lingkungan baru yang lebih membutuhkan mental yang kuat.
Sama halnya dengan kita, ketika waktu kita dari tahun ke tahun terus beralih. Dari bayi menjadi anak-anak, lalu masuk ke fase remaja, kemudian berpindah menjadi orang tua, setelah itu menjadi manula dan wafat. Itu semuanya merupakan keharusan dan kepastian, namun satu yang bisa membuat hidup menjadi lebih bermakna, yaitu kedewasaan. Dewasa adalah sebuah pilihan, dan ketika kita bijak dalam menyikapi beban-beban kita, maka kita secara sadar sudah memilih untuk menjadi dewasa.
Tapi, tenanglah kawan, kita harus yakin bahwa Allah Ta’ala tidak akan memberikan beban melebihi kemampuan yang kita miliki. Dan teruslah pertebal kesabaran, rasa syukur dan keikhlasan kita dalam menerima beban yang akan terus datang, sampai ajal menjemput. Dan kini, tiba waktunya bagi kita untuk bisa menikmati semilir beban kita.